Benarkah Barca telah unggul selangkah dari sang pesaing dalam memperkuat pasukannya untuk musim depan dengan merekrut bintang muda asal Brasil ini? Benarkah lubang yang masih ada di skuad Barca saat ini paling tepat ditutup oleh skill pemain terbaik Amerika Selatan dua tahun berturut-turut (2011 dan 2012) ini? Mengulangi aksi mengunci tanda tangan David Villa pada Mei 2010 saat turnamen bergengsi seperti final Liga Champions belum selesai dihelat, akankah kali ini Barca juga sudah di jalur waktu yang tepat untuk memastikan perekrutan pemain musim depan saat jornada pamungkas liga 2012/13 masih ada di depan mata?
Pro-kontra kedatangan Neymar datang dari beragam pihak. Legenda Brasil, Pele, bukan sekali dua kali melemparkan pujian bahwa pemilik nomor punggung 11 Selecao tersebut akan melampaui bintang Barca saat ini, Lionel Messi. Sebaliknya, mantan pelatih Barca asal Belanda yang sukses memasukkan empat trofi La Liga ke museum Barca, Johan Cruyff, mengandaikan masuknya Neymar ke Barca akan menduplikasi peran nahkoda yang sudah diemban oleh Messi. Dua nahkoda pada satu kapal tidaklah masuk akal bagi Cruyff.
Baiklah kita coba melihat secara objektif bagaimana kira-kira masa depan Barca dengan datangnya Neymar.
Barca mengakhiri musim 2012/13 dengan “hanya” memperoleh satu trofi. Ada dua tim yang mengganjal langkah Barca di tiga ajang berbeda. Los Blancos memupus harapan d Piala Super Spanyol dan Piala Raja Spanyol, sementara juara Liga Champions musim ini, FC Bayern Munchen, memastikan tiket finalnya dengan menaklukkan Barca di babak semifinal.
Berbeda dengan proses tersingkirnya Barca di beberapa musim terakhir, di musim ini Madrid dan Munchen tidak meniru habis-habisan pola defensif total yang diperagakan oleh beberapa tim yang pernah menaklukan Barca sebelumnya. Hasilnya, buang jauh-jauh memori La Manita 29 November 2010 bila kita menyaksikan ulang enam kali El-Clasico musim ini. Pun demikian saat berkontra dengan FC Hollywood, tujuh gol tanpa balas telah sah menjadi rekor baru untuk selisih agregat babak gugur turnamen paling bergengsi di benua biru tersebut. Agresivitas, entah dalam bentuk pressing, menahan bola lebih lama, atau menempatkan jumlah pemain serang sama banyaknya dengan pemain bertahan, belakangan telah ditemukan sebagai cara yang lebih efektif untuk meredam permainan Barca. Tak hanya untuk menahan gempuran Barca, ternyata agresivitas juga bisa digunakan untuk membongkar pertahanan Barca yang digalang oleh Gerard Pique dan kawan-kawan. Tak cuma tim-tim besar, tim semenjana seperti Real Sociedad pun telah sukses menerapkan pola bermain demikian saat menggebuk Barca di pekan ke-20 La Liga.
Mengacu kepada agresivitas lawan yang semakin meningkat inilah maka untuk menghadapi musim depan, Neymar dijadikan bidikan pertama oleh Barca. Faktor utama perekrutan Neymar sudah pasti terkait dengan kemampuan olah bola yang dimilikinya. Jangan tanya ragam gol dan assist yang sudah dia bukukan. Mencetak gol dengan melakukan giringan panjang terlebih dahulu ataupun menceploskan bola mati dari titik tendangan bebas sudah biasa ia lakukan.
Di usia yang masih belia, 21 tahun, Neymar sudah menjadi langganan tim nasional Brasil. Sejak debutnya melawan Amerika Serikat pada 10 Agustus 2010, dia sudah mengemas 20 gol dari 32 pertandingan bagi Selecao. Ini akan membuat Neymar menjadi lebih kompetitif karena terbiasa bermain di level tertinggi dari sebuah negara yang setiap penduduknya seperti terlahir untuk bermain bola. Rasio gol yang tak jauh berbeda ditorehkannya saat membela klubnya, Santos. Sejak 2009, total sudah 136 gol dikemasnya dari 224 laga.
Bermain di area serang, ada beberapa pos yang rutin dimainkan oleh Neymar, mulai dari gelandang serang, penyerang sayap dan penyerang tengah. Merangsek dari sisi kiri dan kanan pertahanan lawan bisa ia lakukan sama baiknya. Disinilah komentar Cruyff menjadi penting bagi duet pelatih Francesc ‘Tito’ Vilanova dan Jordi Roura. Posisi-posisi yang disukai Neymar berpotensi untuk bentrok dengan Messi. Hanya satu pembeda tegas keduanya, Messi fasih menggocek bola dengan kaki kirinya, sementara Neymar sebaliknya.
Pada beberapa kekalahan yang dialami di musim ini, statistik serangan Barca tidaklah menggembirakan. Lawan dengan mudah mengunci alur serangan Barca yang dipusatkan pada Messi. Di saat bersamaan, Barca seringkali tidak memiliki alternatif pembongkar serangan lawan bila Messi sudah dimatikan. Ditambah beredarnya rumor akan dimasukkannya Pedro Rodriguez sebagai bagian paket tukar guling dengan bek Thiago Silva dari Paris Saint-Germain, dan tertundanya keinginan Villa untuk pindah ke kota London pada jeda transfer bulan Januari kemarin, semakin menunjukkan desain masa depan pendamping Messi di lini serang Barca adalah sosok yang bertipe penggiring, pengumpan dan penembak pada satu orang sekaligus. Neymar lengkap memiliki ketiganya. Dia bisa menjadi rantai yang menghubungkan jalur bola dari sisi berbeda dengan Messi. Dengan kualitas individu yang dimilikinya, ia juga efektif sebagai pemecah konsentrasi bek lawan yang hendak memerangkap Messi. Bisa juga posisi keduanya dirapatkan saat Barca berfokus membuka celah pertahanan lawan dari satu sisi saja.
Namun perlu dicatat, adanya nama Neymar tidak berarti meniadakan persoalan Barca secara teknis di lini depan. Sesungguhnya, dengan kemiripan gaya bermain Messi dan Neymar, keduanya mungkin tidak akan efektif untuk alternatif bola-bola lambung. Postur yang “ringkih”, yang seringkali menyebabkan Neymar terjatuh saat beradu fisik dengan bek lawan di ajang Campeonato Brasileiro hingga dicap berselera diving, akan tetap menjadi incaran bek-bek di Liga Spanyol. Maka, untuk menjaga variasi dalam menggempur pertahanan lawan, satu slot tersisa untuk lini depan tampaknya akan diperebutkan antara Cristian Tello yang memiliki lari cepat ditambah postur tinggi, dan Alexis Sanchez yang memiliki daya dobrak dan body-charge agresif.
Berkemampuan lengkap dan bermotivasi tinggi untuk tidak kehilangan satu posisi reguler di tim nasional menjelang perhelatan Piala Dunia di tanah kelahiran sendiri, wajar bila Barca berharap banyak bahwa totalitas bermain dari Neymar akan menjadi bahan bakar luar biasa bagi klub. Namun bila tidak hati-hati, kedatangan Neymar bisa menjadi suatu bumerang karena sesungguhnya ada sebuah “hukum alam” yang tampaknya sedang dilanggar oleh Barca. Setidaknya sejak menjadi kampiun Piala Eropa (sebelum berganti nama menjadi Liga Champions UEFA) pada musim 1991/92, hanya ada satu pemain non-Eropa yang sukses mengarungi musim pertamanya dan mempersembahkan satu gelar non-domestik bagi Barca tanpa menjalani program “magang” terlebih dahulu di salah satu klub Eropa lainnya. Dia adalah Giovani Silva de Oliveira, penyerang flamboyan Brasil yang didatangkan Barca langsung dari klub yang sama dengan Neymar, Santos, untuk menghadapi musim 1996/97 yang berakhir dengan raihan Piala Winners. Sukses menyumbang gelar di tahun pertama, ia hanya bertahan tiga musim di Barca. Bahkan, ia terlibat konflik dengan pelatih Barca yang “membuang”nya, Louis van Gaal, dengan menyebut sang pelatih layaknya Hitler bagi pemain-pemain Brasil.
“Hukum alam” yang dimaksud di atas berlaku bagi pemain Barca asal Amerika Latin atau Afrika yang merintis karir sepakbolanya dari kampung halamannya. Pengecualian hukum ini berlaku untuk pemain-pemain dari regional yang sama, seperti Messi dan Thiago Motta, yang menimba ilmu lebih dulu di akademi sepakbola Barca, La Masia. Gaya bermain di lapangan hijau dan gaya hidup sehari-hari di luar lapangan yang berbeda dengan keadaan saat merantau di Spanyol “mengharuskan” para legiun asing ini untuk memperhalus pendekatan personal mereka dalam memahami filosofi tiki-taka bila berkostum biru merah dan bagaimana mencerminkan semangat mes que un club di mana saja mereka berada. Lebih kronis lagi, sebenarnya masih terdapat lagi sebuah kelompok pemain yang didatangkan langsung dari benua Amerika atau Afrika namun sama sekali tidak memberikan gelar bagi Barca, bahkan untuk gelar domestik sekalipun. Sebut saja misalnya Javier Saviola.
Di Barca, Neymar akan bekerja dengan banyak bintang yang menjadi rekan setimnya. Maka terkait “hukum alam” tadi, ia perlu menyadari bahwa mengulang konflik dengan berbagai elemen tim saat dulu dilakukannya dengan kapten Edu Dracena dan pelatih Dorival Junior kala tak ditunjuk sebagai penendang penalti saat menghadapi Goianiense, 15 September 2010, akan menjadi santapan habis-habisan media Spanyol yang terlanjur mengidentifikasikan pemain-pemain Barca sebagai figur yang rendah hati dan tak banyak omong.
Sebagai atlet sepakbola, Neymar adalah komplet. Kualitas tekniknya tak perlu disangkal lagi. Namun secara pribadi, Neymar masih perlu diuji lagi. Ia sendiri hendaknya harus memodelkan dirinya menjadi ala Barca sesegera mungkin. Bila tidak, bukan hanya Barca yang akan menderita kerugian karena kontribusinya yang minim di atas lapangan, namun posisi inti Neymar di tim nasional Brasil jelang Piala Dunia 2014 juga bisa lepas dari genggaman dan masuk daftar “lelang”.
Selamat datang, Neymar! Semoga sukses menjadi bagian FC Barcelona!
Visca Barca!
0 komentar: